"Suatu hari, Majnun datang ke perjamuan makan. Sebenarnya dia tak begitu suka menghadiri acara semacam itu, tapi berhubung orang yang menggelar jamuan adalah ayah Laila, ia pun mau. Ini adalah kesempatan baginya untuk bertemu Laila sang gadis kinasih.
Majnun tiba di tempat perjamuan dan melihat antrian tamu di meja prasmanan. Nampak di ujung depan sana, Laila sedang menyuguhkan hidangan bagi para tamu. Dada Majnun berdegup kencang, antrian makin mendekat ke depan, tangannya gemetar saat mengambil piring untuk makan.
Ketika sampai di hadapan Laila, ia sodorkan piring itu agar diambilkan makanan sebagaimana tetamu lainnya. Tangannya makin gemetar, pandangan Majnun tertunduk tak kuasa menatap kekasihnya itu. Tak dinyana, Laila merampas piring dari tangan Majnun, lalu dibantingnya piring itu hingga pecah berkeping-keping.
Hadirin sontak terkejut. Ayah Laila kegirangan, ia tentu menerka bahwa putrinya sudah tak lagi tertarik dengan pemuda gembel itu. Tapi Majnun justru tersenyum, ia mundur ke belakang, mengambil piring lain dan mengantri lagi.
Di antrian belakang, seorang teman bertanya heran,
'Hei, Kawan! Kau baru saja dipermalukan di hadapan banyak orang! Mengapa kau masih berdiri di sini dan cengengas cengenges begitu?!'
'Dipermalukan bagaimana maksudmu?' sahut Majnun balik bertanya.
'Lhoh! Laila membanting piringmu! Itu artinya dia tak mau kau ada di sini!' bisik si teman dengan penuh penekanan.
'Oooh,' kata Majnun tenang, 'Itu kau salah paham.'
'Maksudmu?' cecar si teman.
'Laila sengaja membanting piringku agar aku kembali ke belakang dan mengambil piring lain. Dan akan terus seperti itu hingga antrian habis. Sehingga aku bisa bertemu dia berulang-ulang seperti ini,' terang Majnun dengan binar matanya.
'Dipermalukan bagaimana maksudmu?' sahut Majnun balik bertanya.
'Lhoh! Laila membanting piringmu! Itu artinya dia tak mau kau ada di sini!' bisik si teman dengan penuh penekanan.
'Oooh,' kata Majnun tenang, 'Itu kau salah paham.'
'Maksudmu?' cecar si teman.
'Laila sengaja membanting piringku agar aku kembali ke belakang dan mengambil piring lain. Dan akan terus seperti itu hingga antrian habis. Sehingga aku bisa bertemu dia berulang-ulang seperti ini,' terang Majnun dengan binar matanya.