Islam bergerak ke sebuah negara butuh waktu yang sangat panjang dan melalui generasi yang berbeda-beda. Peringatan Maulid Nabi kembali mengingatkan kita bahwa, Nabi Muhammad lahir di Mekah pada tahun 571 Masehi.
Kemudian kita semua berfikir dan belajar, kira-kira Islam masuk ke desa kita tahun berapa?? caranya bagaimana?? Kalau langsung loncat ke Nabi Muhammad, kita akan banyak kehilangan waktu dan jarak yang sangat panjang. Kenapa? karena ada tonggak-tonggak peristiwa yang jadi peringatan.
Dalam sebuah ceramahnya Gus Muwafiq memberi analogi sederhana; "listrik bisa sampek ke rumah kita itu ada prosesnya, dari pusat terus diberi tiang travo, tiang travo, tiang travo, baru dirumah kita pasang meteran 900 Watt. Kalau langsung dari pusat dengan arus listrik besar, apa yang terjadi?? yaa konslet, meletus".
Fenomena Generasi Millennial beragama dari internet, langsung baca Al Qur'an, langsung baca Hadist, tapi tidak ada Gurunya. "ngaji (belajar) tanpa Guru, sama saja belajar dengan syetan". Maka hari ini banyak orang pintar, tapi tidak punya tata krama, adab, akhlak. Padahal Nabi Muhammad itu; (“Innama bu’itstu liutammima makarimal Akhlaq”).
Dari hasil ngaji tanpa guru itulah lahir para ustadz-ustadz dan pengikutnya yang mudah sekali menyalah-nyalahkan, mengkafirkan, mensyirikan, dan membid'ahkan amalan orang lain yang masih sesama muslim.
Bahkan sampai ada ustadz yang yang mengharamkan peringatan maulid nabi dan mengatakan bahwa Nabiyullah Muhammad itu dulunya pun sesat, dari ustadz-ustadz inilah maka lahir orang-orang radikal yang rela melakukan bom bunuh diri demi memerangi apa yang mereka anggap salah, seperti contoh kasus bom bunuh diri di Afganistan yang dilakukan ditengah perkumpulan ulama yang sedang memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini.