Jangan mau deh wanita jadi korban pedofil dengan dalih embel-embel untuk menyelamatkan perempuan lalu perempuan di kurung dalam balutan dalil-dalil.
Menikah lebih dini untuk mencegah zina, menikahlah, begitu nasihatnya. Zina itu dosa yang sangat besar, jadi harus dicegah sedemikiam rupa. Anak-anak mudad disegerakanpernikahannya, agar tidak berzina.
Kalau sudah menikah, orang tidak berzina? Kata mereka iya, karena kebutuhan seksnya sudah terpenuhi. Pertanyaannya, apakah seseorang berhenti atau tidak mencari tambahan kalau ia sudah berhenti? Tidak.
Ada orang makan sepiring nasi rames. Cukup? Belum. Ia tambah dengan sate padang. Itu pun belum cukup. Ia masih menyantap semangkok soto, diakhiri dengan segelas es cendol.
Kebutuhan itu ada cukupnya, tapi keinginan tidak ada batasnya. Orang yang basis hidupnya cukup, tidak akan mencuri. Kalau pun ia kelaparan, ia akan bekerja agar bisa makan. Kalau benar-benar terpaksa, ia akan meminta. Adapun pencuri, ia memang pencuri. Sudah kaya raya pun ia tetap mencuri.
Jadi, dalil bahwa seseorang yang sudah mendapat sesuatu tidak akan mencari tambahan, secara nalar lemah. Faktanya itu tidak berlaku. Ada yang sudah menikah, tapi jajan ke mana-mana. Ada yang menikah lagi, dan lagi. Persis seperti orang makan nasi rames yang nambah terus. Tidak ada batas cukup bagi orang yang tidak mampu mengendalikan keinginan.
Ada orang makan sepiring nasi rames. Cukup? Belum. Ia tambah dengan sate padang. Itu pun belum cukup. Ia masih menyantap semangkok soto, diakhiri dengan segelas es cendol.
Kebutuhan itu ada cukupnya, tapi keinginan tidak ada batasnya. Orang yang basis hidupnya cukup, tidak akan mencuri. Kalau pun ia kelaparan, ia akan bekerja agar bisa makan. Kalau benar-benar terpaksa, ia akan meminta. Adapun pencuri, ia memang pencuri. Sudah kaya raya pun ia tetap mencuri.
Jadi, dalil bahwa seseorang yang sudah mendapat sesuatu tidak akan mencari tambahan, secara nalar lemah. Faktanya itu tidak berlaku. Ada yang sudah menikah, tapi jajan ke mana-mana. Ada yang menikah lagi, dan lagi. Persis seperti orang makan nasi rames yang nambah terus. Tidak ada batas cukup bagi orang yang tidak mampu mengendalikan keinginan.
Jadi, mencegah zina itu bukan dengan menikah, tapi dengan cara mengendalikan keinginan.
Lalu, untuk apa menikah? Jawabannya sangat kompleks. Menikah, tujuannya bisa untuk menjalani hidup bersama orang yang dicintai, membesarkan anak-anak dengan cinta, melengkapi hidup dengan berbagi dan bertanggung jawab. Menikah jauh lebih besar daripada soal seks dan menghindari zina.
Menikah jauh lebih besar dari soal senggama. Kalau Anda menikah, paling banyak Anda senggama 3 atau 4 kali seminggu. Total waktu yang Anda pakai untuk senggama 4 kali tak lebih dari 2-3 jam. Padahal seminggu itu Anda hidup 7x24 jam. Sebagian besar waktu itu Anda isi dengan cari nafkah, berbincang, mengurus rumah, mengasuh anak, dan sebagainya.
Perhatikan bahwa senggama pada akhirnya bukan apa-apa. Karena itu kerdil benar kalau menikah didorong oleh keinginan untuk menghindari zina saja. Bayangkan, bagaimana Anda akan mengisi pernikahan Anda kalau tujuan utama Anda adalah senggama saja? Bagaimana Anda mengisi sisa waktu 7x24 jam tadi?
Dalam bukunya yang terkenal berjudul Catatan seorang demonstran, Soe Hok Gie pernah menuliskan bahwa pernikahan adalah pelacuran yang dilegalkan. So jangan kalian jadikan menikah sebagai alasan agar kalian bisa ngeseks secara halal, kecuali kalo memang isi otak kalian hanya selangkangan.