Dalam kehidupan ini kita semua tak bisa lepas dari yang namanya cinta, karena kita lahir ke dunia pun hasil dari buah cinta orang tua kita. Cinta tidak hanya sebatas antar lawan jenis tapi sangatlah begitu luas dan beragam, ada cinta sesama makhluk dan ada juga cinta Tuhan kepada makhluknya atau sebaliknya.
Lantas bagimana cara orang awam dan orang khusus itu memperoleh cinta? Dikutip dari kitab Al-Mahabbah karya Imam Al-Ghazali, Dapat dikatakan bahwa semua perbuatan baik dan akhlak mulia yang diajarkan oleh agama adalah buah dari cinta. Sedangkan segala yang tidak dibuahkan oleh kecintaan kepada Allah adalah karena mengikuti hawa nafsu dan merupakan akhlak yang tercela.
Memang, kadang-kadang seseorang mencintai Allah karena kenikmatan yang diterimanya. Tapi, kadang seorang juga mencintai Allah karena keagungan dan keindahan-Nya meskipun Dia “tidak memberikan” kenikmatan kepadanya. Para pecinta tidak terlepas dari kedua macam cinta tersebut.
Maka dari itu, Imam Al-Junaid mengatakan, “Dalam mencintai Allah, orang terbagi menjadi dua macam, yaitu awam dan khusus. Orang awam memperoleh cinta tersebut karena mereka mengenal kebaikan dan kenikmatan-kenikmatan Allah yang terus-menerus, serta tak terhitung jumlah dan banyaknya. Mereka tidak mampu mengendalikan diri mereka agar rela kepada-Nya. Besar kecil cinta mereka tergantung besar-kecilnya kebaikan Allah yang mereka terima.
Sedangkan orang khusus memperoleh cinta karena besarnya kemampuan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, hikmah, dan upayanya untuk menjadikan Sang Kekasih sebagai satu-satunya yang harus ia cintai. Ketika mereka mengenal sifat-sifat-Nya yang sempurna dan nama-nama-Nya yang indah, mereka tidak mampu menolak untuk mencintai-Nya.
Dengan sifat-sifat dan nama-nama tersebut, bagi mereka Tuhan berhak untuk dicintai. Hal itu karena Allah memang layak memperoleh cinta meskipun Dia hilangkan semua kenikmatan dari para pecinta khusus tersebut.”