Siapa yang tidak pernah mendengar peribahasa lebih baik mati berkalang tanah atau hidup bercermin bangkai? Beberapa orang pasti tidak asing lagi dengan peribahasa tersebut. Peribahasa tersebut dahulu sering dipakai para pejuang untuk menyemangati para pejuang lainnya saat perang melawan penjajah. tapi apa kalian tahu makna peribahasa tersebut? Maknanya adalah lebih baik mati daripada hidup menanggung malu. Kita hidup pada era dimana lebih baik hidup dengan malu daripada mati, kebalikan dari semangat yang dimiliki para pejuang dahulu. Tak ayal bagi beberapa orang lebih baik menjadi maling, germo, penjudi dan lainnya asalkan bisa hidup. Memang tak bisa disalahkan, karena keadaanlah mereka jadi seperti itu. Tapi perlu diketahui, banyak pula orang yang rela bersusah payah berjualan, berternak, bertani, hanya agar memiliki hidup yang mulia.
Sebenarnya, bagi para pemeluk agama islam seperti saya, memiliki keyakinan bahwa setiap do'a akan dikabulkan dan setiap makhluk pasti akan mendapat rizkinya masing-masing. tapi yang membuat heran, masih banyak diantara kita yang khawatir akan miskin dan kehinaan atau khawatir do'anya tidak dikabulkan. padahal dalam kitab alhikam sudah dijelaskan dalam pasal 6 yang berarti :
"Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdo'a, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia (Allah) telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan do'a) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."
Dari penjelasan kitab tersebut, seharusnya kita tahu bahwa keburukan tidak lahir dari Tuhan, melainkan dari dalam diri kita sendiri. kita yang sering kali tidak sabar terhadap do'a yang kita panjatkan, atau kita yang sering tidak tahan dengan keadaan yang menimpa, menjadikan kita berfikir pendek. kita bisa mencari rizki yang halal, meskipun sedikit, tapi karena kita tidak sabar akhirnya kita memilih jalan pintas untuk mencuri, menjual diri, bahkan memonopoli orang lain. kita yang tidak sabar terhadap do'apun kadang memilih jalan pintas untuk pergi ke dukun, paranormal dan sebagainya. padahal jika dipikir secara jernih, bukankah melakukan semua itu membuat diri kita malu dihadapan Tuhan? bukankah hal itu sama saja membuat kita bercermin bangkai?
Maka dari itu untuk siapapun yang membaca tulisan ini, sebelum menyerah kepada keadaan cobalah untuk berusaha. jangan sampai ego menjadikanmu hidup bercermin bangkai. Tuhan tidak akan pernah membiarkan makhluknya terus dalam kesusahan. tinggal kita sebagai manusia memilih saja, Lebih baik mati berkalang tanah atau hidup bercermin bangkai?
Sebenarnya, bagi para pemeluk agama islam seperti saya, memiliki keyakinan bahwa setiap do'a akan dikabulkan dan setiap makhluk pasti akan mendapat rizkinya masing-masing. tapi yang membuat heran, masih banyak diantara kita yang khawatir akan miskin dan kehinaan atau khawatir do'anya tidak dikabulkan. padahal dalam kitab alhikam sudah dijelaskan dalam pasal 6 yang berarti :
"Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdo'a, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia (Allah) telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan do'a) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."
Dari penjelasan kitab tersebut, seharusnya kita tahu bahwa keburukan tidak lahir dari Tuhan, melainkan dari dalam diri kita sendiri. kita yang sering kali tidak sabar terhadap do'a yang kita panjatkan, atau kita yang sering tidak tahan dengan keadaan yang menimpa, menjadikan kita berfikir pendek. kita bisa mencari rizki yang halal, meskipun sedikit, tapi karena kita tidak sabar akhirnya kita memilih jalan pintas untuk mencuri, menjual diri, bahkan memonopoli orang lain. kita yang tidak sabar terhadap do'apun kadang memilih jalan pintas untuk pergi ke dukun, paranormal dan sebagainya. padahal jika dipikir secara jernih, bukankah melakukan semua itu membuat diri kita malu dihadapan Tuhan? bukankah hal itu sama saja membuat kita bercermin bangkai?
Maka dari itu untuk siapapun yang membaca tulisan ini, sebelum menyerah kepada keadaan cobalah untuk berusaha. jangan sampai ego menjadikanmu hidup bercermin bangkai. Tuhan tidak akan pernah membiarkan makhluknya terus dalam kesusahan. tinggal kita sebagai manusia memilih saja, Lebih baik mati berkalang tanah atau hidup bercermin bangkai?