Jika manusia hidupnya serba mudah dan tanpa masalah, maka ia akan cenderung lupa kepada Allah dan tidak mencari-Nya. Jika pintu-pintu dunia dibuka manusia cenderung binasa, tenggelam dalam ilusi kehidupan dunia dan melalaikan akhiratnya.
Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian. Tetapi aku khawatir akan dibuka lebar dunia kepada kalian, seperti telah dibuka lebar kepada orang sebelum kalian. Nanti kalian akan saling bersaing untuk mendapatkannya sebagaimana mereka telah bersaing untuknya. Nantinya (kemewahan) dunia akan membinasakan kalian seperti telah membinasakan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Oleh karenanya jika dihadirkan kesulitan dalam hidup sebenarnya itu sebuah rahmat (pertolongan)-Nya. Bisa jadi dibuat badai dalam rumah tangganya, atau anaknya sakit atau bermasalah, atau konflik di kantor, atau ribut dengan keluarga, atau usahanya bangkrut, atau badannya terserang sebuah penyakit. Allah hadir menjamah kita melalui semua kesulitan itu.
Maka adab yang utama dalam menghadapi kesulitan adalah terlebih dulu menghadapkan wajah kepada Dia Yang mengirim semua itu. Sebelum kita sibuk meminta pinjaman ke bank, berobat ke dokter, melakukan upaya sana-sini. Maka hadapkan dulu hati kepada-Nya, sambil istighfar dalam-dalam. Lalu mohon “ Ya Allah, beri hamba jalan keluar yang terbaik dari masalah ini.”. Setelah itu lalu saksikan bagaimana Allah memutar roda kehidupan kita. Ini caranya. Karena kalau kita lupa menyertakan Allah di awal waktu. Maka kita hanya pontang-panting dalam arena kelelahan yang tak berujung dan kehilangan kesempatan untuk mengenal-Nya melalui sekian banyak perbuatan Allah yang luar biasa.
Jadi berbesar hatilah menghadapi setiap kesulita hidup. Sungguh kita tidak sendiri menghadapinya. Allah ada, siap setiap saat. Menunggu kita meminta pertolongan-Nya.