"Lapar adalah cahaya, dan kenyang itu api. Sedangkan syahwat layaknya kayu yang akan menjadi mangsa api. Maka, kau tak akan mampu memadamkan apinya hingga ia benar-benar membakar pemiliknya.”
Syekh Yahya bin Muadz Ar-Razi, Kitab Jawahir At-Tashawuf.
Syekh Yahya menggambarkan bahwa sebenarnya lapar itu seperti cahaya, karena biasanya orang lapar akan lebih berpotensi untuk menangkap bisikan-bisikan lembut dalam dirinya. Hal ini merupakan pancaran cahaya Tuhan yang berpadu dalam bentuk kearifan dan kebijaksanaan hidup. Dengan begitu dia dapat mengarahkan pandangan mata hatinya karena terangnya cahaya Tuhan (faidh ar-Rahman).
Bahkan, dengan cahaya itu, dia pun mampu menyingkap tabir selubung yang menutupi sirr, bagian dalam hati yang begitu lembut tetapi amat sukar ditembus.
Lalu, membuka pintu kedekatan kepada Allah, semakin dekat dan dekat, serta menumbuhkan amal shaleh, kedermawanan, dan rasa cinta kepada sesama.
Sebaliknya, rasa kenyang dalam diri seseorang menjadi api. Karena kepuasan nafsu itu melalui syahwat perut hingga menuntut syahwat lainnya dalam bentuk yang beragam. Ia pun akan memunculkan rasa sombong, malas, dan sikap meremehkan ibadah, serta enggan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.