Orang alim tidak banyak beribadah itu bukan berarti malas beribadah, ibadah yang saya maksud disini dalam arti banyak puasa hingga kurus kering tidak bertenaga, banyak sholat sunnah hingga ribuan rokaat sehingga jarang muthola'ah, membaca hizib ini hizib itu rotib ini rotib itu membaca alQuran sehari khatam 5 kali sehingga waktunya habis tidak sempat berfikir, tidak sempat memikirkan umat.
Maka Ibadahnya orang alim itu ya bisa dibilang tidak banyak. Atau kalau lebih halus ibadahnya dalam bentuk lain.
Ibadahnya orang alim itu ya beda jalur, ibadahnya seperti memikirkan kemaslahatan umat, menginisiasi dakwah, mengajar santri, berdakwah, dan lain lain.
Ya meskipun ibadahnya tidak banyak tetapi tentu saja lebih berbobot daripada banyaknya ibadah orang ahli ibadah yang tidak alim. Dan meskipun tidak dipungkiri tetap saja banyak orang alim terlebih yang memangku pesantren yang mujahadahnya banyak, tetapi sebanyak-banyaknya mujahadah beliau masih terukur.
Banyak ulama-ulama alim yang tidak setuju jika orang alim itu terlalu banyak beribadah personalitiyah sehingga ilmunya terbengkelai, seperti contoh Gus Baha dan masih banyak ulama lainnya yang lebih memilih fokus mengkaji dan mengajarkan hukum-hukum Allah.
1. Sholeh ranahnya adalah kebersesuaian antara ilmu dan amal, ketika seseorang itu melakukan amal dan amal itu sesuai dengan ilmunya maka dinamakan sholeh, meskipun tidak alim juga meskipun tidak ahli ibadah.
2. Ahli ibadah itu ya orang yang rajin ibadah, dan rajin ibadah ini ketika tidak berkesesuaian dengan ilmu tentu saja tidak bisa disebut dengan sholeh, ahli sujud sampai jidat hitam tetapi masalah najis, dan hadast saja tidak faham, maka ini tidak bisa dikatakan soleh, dan banyak sekali orang ahli ibadah yang tidak sholeh juga tidak alim yang sering kali merusak tatanan agama.
3. Orang alim, alim itu berkaitan dengan knowledge atau pengetahuan yang dikuasainya, dan bahasa alim itu lebih melekat pada penguasaan ilmu agama.
Dan alim ini tidak berkaitan dangan sholeh atau ahli ibadahnya seseorang. sholeh atau tidak bagi orang alim ya tidak akan menggugurkan kealimannya, sebejat semaksiat apapun orang alim itu kalau dia menguasai fan-fab keilmuan ya tetap dikatakan orang alim, ahli fikh tetap dikatakan alim fikh ketika dia menguasai fikh meskipun dia seorang pezina sekalipun. Dan yang terjadi alim itu kebanyakan justru tidak banyak beribadah.