Beliau Ini Semenjak Berhenti Merantau Menjadi Penjahit Di Jakarta Sekitar Tahun 2000an Aktifitasnya Dirumah Setiap Hari Hampir Selalu Sama.
Pagi Hari Selalu Merebus Air Di Tungku Pawon Menggunakan Kayu Bakar, Setelah Itu Mandi Dilanjut Sholat Subuh. Setelah Sholat Subuh Lanjut Memberi Makan Ayam-Ayam Ternaknya Sambil Sesekali Menjaga Bara Api Pada Tungku Pawon Tetap Menyala. Tidak Lupa Juga Untuk Membersihkan Kandang-Kandang Dari Kotoran Si Ayam Sampai Selesai Mungkin Sekitar Setengah 7. Setelah Selesai Biasanya Duduk Depan TV Melihat Update Berita, Sambil Menikmati Teh Panas Buatan Emak.
Waktu Tenaganya Masih Kuat Aktifitas Selanjutnya Tentu Menjahit Membuat Pakaian Pesanan Orang Sebagai Mata Pencahariannya, Sesekali Juga Nyawah Meskipun Tidak Dilakukan Semuanya Sendiri, Baru Mungkin Sekitar 2015an Sudah Tidak Lagi Menjahit Membuat Pakaian Pesanan Orang, Alias Pensiun Gantung Jarum Dan Benang.
Saat Masih Kuat Beliau Ini Juga Mandiri Sekali, Sampai Mencuci Baju Pun Dilakukan Sendiri, Setelah Mungkin Tenaganya Mulai Berkurang, Emak Yang Menggantikannya, Itupun Hanya Pakaian Yang Dipakai Diluar Sholat, Pakaian Untuk Sholat Tetap Dicuci Sendiri. Tapi Untuk Sekarang Semua Sudah Dilakukan Emak Dengan Mesin Cuci Tentunya Dengan Cara Fiqih Yang Beliau Ajarkan Agar Tetap Suci.
Kalau Sore Hari Sehabis Asar Mulang Ngaji Anaknya Termasuk Saya Dulu, Juga Beberapa Anak Tetangga Dan Keponakannya. Itu Saja Terus Yang Hampir Setiap Hari Dilakukan, Pernah Suatu Hari Tak Tanya, "Rika Sih Blih Bosen Nggal Dina Kegiatane Kaya Kwe Terus?" (Njenengan Apa Tidak Bosan Setiap Hari Kegiatannya Seperti Itu Terus?), Jawabnya Beliau Ini Enteng Banget, "Kegiatan Yang Dilakukan Setiap Hari Dan Terus Berulang Dengan Sabar, Syukur, Ikhlas Bisa Menjadi Wiridnya Badan".
Pernah Juga Suatu Ketika Lagi Ngobrol Bertiga, Saya, Emak Dan Abah, Ini Mungkin Obrolan Yang Menurutku Bikin Sedih Tapi Juga Berbunga-Bunga, Beberapa Orang Yang Seumuran Abah Emak Sudah Banyak Yang Sudah Wafat, Terus Saya Tanya "Abah Sih Sudah Siap Wafat?" Jawab Beliau Lagi-Lagi Enteng Banget, "Tentu Siap, Tapi Ada Tapinya. Emak Dan Abah Tidak Ingin Jarak Waktu Ke-Wafatannya Lama" Mereka Tidak Mau Saling Menanggung Kesepian Terlalu Lama, Segitunya Cinta Mereka. Disini Malah Saya Dalam Hati Bergumam, "Saya Yang Belum Siap, Aah Tapi Bisa Saja Justru Saya Yang Mendahului Kalian."
Diusianya Yang Hampir Menginjak 70 Tahun, Semoga Emak Abah Selalu Sehat.