Hari ini media sosial digemparkan dengan sebuah video Bullying dan kekerasan yang dilakukan oleh anak usia SMP di daerah Cilacap, mundur kebelakang beberapa waktu lalu juga terjadi kasus Bullying oleh anak usia SD dengan cara mencolok mata temannya hingga mengalami kebutaan, mirisnya kejadian ini terjadi di lingkungan sekolah. Lalu sebenarnya apa sih yang menjadi akar permasalahan kenapa akhir-akhir ini kasus pembulian yang dilakukan oleh anak terjadi?
Bullying merupakan perilaku agresif yang terjadi secara berulang, dengan niat untuk merugikan atau mendominasi orang lain. Saat ini, banyak perhatian telah diberikan pada korban bullying, tetapi penting juga untuk memahami faktor-faktor yang dapat membuat seorang anak menjadi pelaku bullying. Penyebab perilaku ini sangat kompleks, dan seringkali melibatkan beberapa faktor yang saling terkait. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi seorang anak sehingga menjadi pelaku bullying:
1. Lingkungan Keluarga: Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor utama yang dapat memengaruhi perilaku seorang anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan pola asuh yang otoriter, kurangnya perhatian, atau model perilaku agresif dari anggota keluarga lainnya, mungkin memiliki kecenderungan untuk mengembangkan perilaku bullying.
2. Ketidakstabilan Emosi: Anak-anak yang mengalami ketidakstabilan emosi, seperti kemarahan, frustrasi, atau rasa rendah diri, mungkin lebih rentan terhadap perilaku bullying. Agresi seringkali digunakan sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif ini.
3. Peer Pressure dan Lingkungan Sekolah: Teman sebaya (peer pressure) dan lingkungan sekolah juga memainkan peran penting. Anak-anak yang merasa tekanan untuk menjadi populer atau menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu bisa terlibat dalam bullying sebagai cara untuk mendapatkan penerimaan sosial atau kekuasaan di antara teman-teman mereka.
4. Kurangnya Kesadaran Terhadap Dampak Bullying: Anak-anak mungkin tidak sepenuhnya menyadari dampak negatif dari perilaku bullying terhadap korban. Mereka mungkin kurang empati atau tidak memahami betapa menyakitkannya tindakan mereka bagi orang lain.
5. Kurangnya Pengawasan dan Pendidikan: Kurangnya pengawasan dari orang tua atau pendidik yang kurang memberikan pemahaman tentang konsekuensi perilaku bullying dapat memungkinkan anak untuk terus melanjutkan perilaku tersebut tanpa disadari.
6. Faktor Psikologis Individu: Ada juga faktor-faktor psikologis yang memengaruhi. Beberapa pelaku bullying mungkin memiliki kecenderungan psikopat atau narsistik yang memicu perilaku agresif.
7. Pengaruh Media dan Teknologi: Pengaruh media sosial dan teknologi modern juga dapat berperan. Anak-anak yang terpapar terlalu banyak konten agresif atau perundungan online mungkin lebih cenderung melakukan bullying.
8. Ketidaksetaraan Sosial: Beberapa anak mungkin terlibat dalam bullying sebagai cara untuk menegakkan kekuasaan atau ketidaksetaraan sosial yang mereka rasakan terhadap korban.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu faktor tunggal yang dapat menjelaskan perilaku bullying. Biasanya, kombinasi dari faktor-faktor ini mempengaruhi seorang anak sehingga menjadi pelaku bullying. Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan yang holistik yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam mencegah dan mengubah perilaku bullying anak-anak.